EMOSI DALAM OLAHRAGA
BAB
I
(PENDAHULUAN)
1.
LATAR BELKANG
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku
manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku
yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya
sendiri.
Ilmu psikologi
diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi
olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk
membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan
sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam
kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah
untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih
baik dari sebelumnya.
Meningkatnya
stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik
dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka
dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan
hasil pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini
seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya.
Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya
dalam pengendalian stres.
Psikologi
olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka
berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui,
latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan
tersebut. Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat
melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek
psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus
dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Untuk
membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis,
yang biasa dikenal dengan “psikotes”, dengan bantuan psikometri.
Profil
psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi
intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil
atlet pada umumnya tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya,
orang sering beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata
dari profil psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran
psikologis seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam
prestasi olahraga, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya.
Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan
psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan sistematis, yang
pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program
tersebut.
2. RUMUSAN MASALAH
Untuk
mempermudah dalam pembahasan nanti maka perlu dirumuskan terlebih
dahulu masalah-masalah pokok yang akan dibahas kemudian. Adapun
rumusan masalah yang akan diangkat dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan emosi?
2. Apa yang dimaksud dengan olahraga ?
3. Apa pengaruh-pengaruh positif dan
negatif dari emosi dalam kegiatan
olahraga?
4. Bagaimana pengendalian emosi untuk
meraih prestasi?
3. TUJUAN DAN MANFAAT
Sebagaimana
kegiatan-kegiatan makalah yang lain, makalah ini memiliki
tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan tujuan-tujuan tersebut maka
hasil makalah akan lebih
terarah dan lebih sistematis. Dalam makalah ini, penulis
ingin mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahuiapa yang dimaksud dengan
emosi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan olahraga.
3. Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh
positif dan negatif emosi dalam olahraga.
4. Untuk mengetahui bagaimana
pengendalian emosi dalam meraih prestasi.
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. PENGERTIAN
EMOSI
Kata
"emosi" diturunkan dari kata bahasa prancis émotion, dari émouvoir,
'kegembiraan' dari bahasa latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar'
dan movere 'bergerak'. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat
berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar,
manusia akan merasa marah.Perasaan
intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi
ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak
untuk beberapa jam.
Berdasarkan biologis emosi, Semua
emosi berasal dari system limbing otak yang kira-kira berukuran sebesar sebuah kacang walnut
dan terletak di batang otak. Orang-orang
cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak aktif
Sistem limbik orang tidaklah sama. Sistem limbik yang lebih aktif terdapat pada
orang-orang yangdepresi,,
khususnya ketika mereka memperoleh informasi negatif.
Emosi adalah perasaan intens yang
ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang
atau kejadian Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang
mengenai sesuatu marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
B. PENGERTIAN OLAHRAGA
Pengertian
olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yangterdapat di dalam permainan,
perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangkamemperoleh relevansi kemenangan
dan prestasi optimal.Menpora Maladi Olahraga mencakup segala kegiatan manusia
yangditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya dan cita-cita hidupnya,
cita-citanasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya.
Olahraga adalah
proses sistematik yang berupa segala kegiatan atauusaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan
rohaniah seseorang sebagai perorangan atauanggotamasyarakat dalam bentuk
permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif
untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan
Pancasila.
Olahraga adalah
serangkaian gerak raga yang teratur dan terencanauntuk memelihara gerak
(mempertahankan hidup) dan meningkatkankemampuan gerak (meningkatkan kualitas
hidup). Seperti halnya makan,Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya
periodik; artinyaOlahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan,
tidak dapatditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial.
Struktur
anatomis-anthropometrisdan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan
kecerdasan intelektualnyamaupun kemampuannya bersosialisasi dengan
lingkungannya nyata lebihunggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan
Penjas-Or dari padasiswa-siswa yang tidak
aktif mengikuti Penjas-Or (Renstrom & Roux 1988,dalam A.S.Watson :
Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. andFitch,K.D., 1992).
Makna olahraga
menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badanyang dilakukan oleh satu orang
atau lebih yang merupakan regu ataurombongan. Sedangkan dalam Webster¶s New
Collegiate Dictonary (1980)yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk
mendapatkan kesenangan, danaktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga
pertandingan (athleticgames di Amerika Serikat).Menurut Cholik Mutohir olahraga
adalah proses sistematik yang berupa
segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan,dan
membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang
sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk
permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan
manusiaIndonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Untuk penjelasan
pengertian olahraga menurut Edward (1973)olahraga harus bergerak dari konsep
bermain, games, dan sport. Ruanglingkup bermain mempunyai karakteristik antara
lain; a. Terpisah darirutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan
peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai
karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan
fisik, strategi, kesempatan.Seperti dikemukakan oleh para ahli lainnya (Pieron,
Cheffers, danBarette (1994; dalam Naul, 1994) pedagogi olahraga merupakan
sebuahdisiplin yang terpadu dalam struktur ilmu keolahragaan.
Paradigma ini telahdiadopsi di Indonesia dalam
pengembangan pedagogi olahraga di FIK/FPOK/JPOK dengan kedudukan bahwa pedagogi
olahraga dianggap sebagai"induk" yang berpotensi untuk memadukan
konsep/teori terkait dari relevandari beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan
lainnya terutama dalam konteks pembinaan dalam arti luas dan paradigma
interdisiplin (Matveyev, dalam Rushutan, 1988) Pandangan ini tak berbeda dengan
tradisi di Jerman yangmenempatkan pedagogi olahraga dalam kedudukan sentral
dalam struktur ilmu keolahragaan
(Wasmund, 1973). Dalam model yang dikembangkan diUniversitas Olahraga
Moskow, pedagogi olahraga ditempatkan sebagai"pusat" yang berpotensi
untuk memadukan beberapa subdisiplin ilmu dalamtaksonomi ilmu keolahragaan,
sementara para ahli meletakkan sport, medicineyang mencakup aspek keselamatan
(safety) dan kesehatan sebagai landasan bagi pedagogi olahraga (Rushutan,
1998; dalam laporan hasil The SecondAsia Pacific Congress of Sport and Physical,
Education University President).Widmer (1972) menjelaskan objek formal pedagogy
olahraga yaitu"fenomena olahraga dari fenomena pendidikan, tatkala manusia
dirangsangagar mampu berolahraga.
Bagi Grupe & Kruger (1994), pedagogi
olahragamencakup dua hal utama: (1) tindakan pendidikan praktis dalam bermain
danolahraga, dan karena itu ada landasan teoretis bagi kegiatan olahraga
yangmengandung maksud mendidik tersebut; dan (2) praktik yang
dimaksud berbeda dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan jasmani yangmengutamakan
latihan gaya militer dan drill di beberapa negara, khsusnya diJerman; praktik
baru itu disertai konsep teoretis pendidikan jasmani, kontrolterhadap badan,
dan disiplin, yang menyatu dengan gerak fisik, ability, danketerampilan di
bawah pengendalianjiwa dan kemauan.
C. PENGARUH POSITIF DAN NEGATIF DARI
EMOSI DALAM KEGIATAN OLAHRAGA
Menurut
beberapa ahli sifat dan fungsi emosi antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1. Emosi memegang peranan penting bagi
kehidupan sehat, ekspresi diri, kepemimpinan, dan perkembangan nilai-nilai.
2. Emosi memperkaya dan mengisi arti
kehidupan bagiindividu. Tetapi kalau emosi terlalu menguasai individu akan
berakibat tampaknya tingkah laku yang irrasional, yang akan menyebabkan
penganalisaan yang tidak teliti.
3. Emosi mempengaruhi cara kerja
kelenjar-kelenjar yang akibatnya seluruh pribadi dapat terpengaruh baik yang
menyangkut cara-cara berfikir, bertindak dalam mengambil suatu keputusan, dan
juga sikap mental.
4. Emosi dapat dirasakan tanpa
diketahui dimana tempatnya.
Kalau kita pelajari fungsi dan sifat
emosi tersebut di atas, maka tidak mengherankan kalau tindakan seseorang itu
juga diwarnai oleh emosi di samping oleh pertimbangan-pertimbangan pikir dan
akalnya. Yang menjadi persoalan sekarang adalah sampai beberpa jauh emosi itu
dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif dan negtif ?
1. PENGARUH
POSITIF
Dampak
positif emosi ini sangat tergantung kepada pribadi dan pengalaman-pengalaman
seseorang. Pengalaman akan banyak mempengaruhi perkembangan emosi baik yang bersifat
memupuk, menghambat, dan mematikan. Semakain banyak pengalaman seseorang
didasari oleh pengertian dan kemauan untuk mempelajari pengalaman-pengalaman
yang dialami. Jelas akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
tindakan-tindakan berikutnya, mereka akan lebih mampu mengendalikan emosi dalam
batas-batas yang diinginkan. Mereka akan dapat memanfaatkan dorongan emosi
tanpa menggangu pelaksanaan suatu tindakan. Begitu pula dalam dunia olahraga,
pengendalian emosi sangat menentukan dalam pencapaian prestasi.Di dalam dunia
olahraga cukup banyak rangsangan-rangsangan yang dapat memacu perkembangan
emosi.
Sarat
mutlak tergeraknya emosi adalah adanya rangsangan.Sedangkan
rangsangan-rangsangan dapat menimbulkan emosi kalau rangasangan dapat
menggerakkan dorongan-dorongan individu.Beberapa jauh efek rangsangan tersebut
terhadap emosi sangat tergantung paa sifat dan tempramen serta keadaan individu
itu sendiri, di samping juga bergantung pada keteraturan dan kekuatan
rangsangan yang memacu emosi tersebut.Pengertian dan pengalaman terhadap
situasi sesaat ikut menentukan pula.
Di
dalam kegiatan olahraga, pengalaman bertanding sangat menentukan bagi
perkembangan emosi.Dengan bertanding olahraga para olahragawan selalu dapat
rangsangan-rangsangan emosi yangb beraneka ragam, baik yang datang dari
penonton, lawan bertanding ataupun wasit, dan sebagainya. Kadang
rangsangan-rangsangan ini terlalu kuat bagi olahragawan yang lain. Adalah
paling baik apabila rangsangan tersebut mampu merangsang emosi
setinggi-tingginya tanpa menimbulkan gejala-gejala over stimulus, sehingga
olahragawan tersebut dapat bertindak dengan semangat yang tinngi tanpa
kehilangan pertimbangan pemikiran dan akalnya.Hal inilah yang harus diusahakan
oleh seorang pelatih meskipun agak sulit. Kepekaan emosi tidaklah sama. Setiap
olahragawan mempunyai kepekaan emosi yang berbeda-beda tergantung pada kekayaan
pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat dan masih banyak
lagi hal-hal yang ikut mempengaruhinya.
2. PENGARUH
NEGATIF
Dalam
kondisi-kondisi tertentu dalam suatu pertandingan atau perlombaan dalam
olahraga seperti rasa lelah, ejekan penonton, angka lawan di atas kita dan
lainya. Mungkin olahragawan akan mudah sekali menjadi tersinggung, marah-marah,
kesal, dan tidak bisa berfikir lagi dengan tenang. Akhirnya
tindakan-tindakannya didominasi oleh emosi kemarahannya dibandingankan dengan
pertimbangan-pertimbangan akal dan pikirannya. Emosi yang dapat memberikan
pengaruh-pengaruh negatif dalam olahraga antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Gelisah
Gelisa adalah gejala takut atau dapat pula dikatakan
saraf takut yang masih ringan. Biasanya rasa gelisah ini terjadi pada saat-saat
menjelang pertandingan akan dimulai. Rasa gelisah akan terjadi apabila
seseorang itu belum mengalami apa yang akan dilakukanya atau dapat pula terjadi
oleh misalnya ketidak mampuan terhadap apa saja yang akan dikerjakan atau
mungkin adanya rasa “sentiment”, kebingungan atau ketidak pastian. Rasa gelisa
akan berubah menjadi menggembirakan manakala penyebab rasa gelisah (pertandingan
akan dimainkan) tertunda pelaksanaannya.
Bagaimana cara untuk menghindari atau mengurangi
timbulnya kegelisahan? Cara yang baik adalah dengan jalan merasionalisasi
emosi, yaitu segala hal yang negative dianggap positif. Hal-hal demikian dapat
dilatihkan, yaitu dengan membiasakan untuk:
1. Merumuskan
persoalan-persoalan yang sebenarnya merupakan sebab kegelisahan secara jelas.
2. Memperhitungkan
segala kemungkinan yang menjadi akibatnya sejak yang paling ringan sampai pada
yang paling berat atau paling jelek.
3. Membuat persiapan
untuk menghadapi setiap kemungkinan yang biasanya terjadidengan segala rumus
pemecahanya baik oleh diri sendiri maupun dengan orang lain.
4. Menghadapi
persoalan-persoalan dengan rasa siap dan tabah dan serta percaya pada kemampuan
diri sendiri.
Dengan cara-cara tersebut di atas dapat diharapkan
kegelisahan yang menjangkiti para olahragawan sedikit demi sedikit bisa
dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan.
b. Takut
Hampir semua orang mempunyai pengalaman-pengalaman yang
menentukan. Takut biasanya berakar pada pengalaman sebelumnya atau pada
masa-masa lampau yang pengaruhnya pada
tingkah laku dan kepribadian seseorang yang membekas sepanjang hidupnya. Takut
banyak macam-macamnya, misalnya takut pada binatang, takut sendirian
takut jika berada di depan orang banyak, takut pada timbulnya cidera dan
sebagainya.
kegelishan yang menjngkit pada atlit dapat berubah
menjadi ketakutan apabila tidak
mendapat penyelesaian yang sebaik-baiknya. Rasa takut dapat member pengaruh
yang negative atau positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Dlam
batas-batas yang masih normal rasa takut akan member pengruh yang positif,
karena dengan rasa takut tersebut seseorang akan lebih berhati-hati terhadap apa
yang ditakutinya, misalnya saja dia jadi lebih siap atau sebaiknya mungkin dia
lebih baik menghindari.
Rasa takut lebih baik jangan dihindari sama sekali,
tetapi dikendalikan.misalnya seorang atlit yangtidak memiliki ketakutan
terhadap kekalahap keklahan dalam pertandingan yang akan diikuti. Ia akan
berbuat apa yang dikehenakiny, akhirnya ia akan tersesat oleh perasaan “kalah
ya biar”.usaha yang kira-kira dirasa terlalu berat untuk meraih keunggulan
nilai, cenderung untuk tidak dilaksanakan, karena dipandang terlalu
menghabiskan tenaga disamping juga sikap berhati-hati juga menjadi berkurang.
Konsentrasi menjadi buyar dan usaha-usaha untuk mencari kelemahan- kelemahan
lawan tidak ada lagi.
Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang anak
yang sama sekali tidak takut jatuh dari pohon, maka sikap hati-hati waktu
memanjat pohon akan berurang kalau dibandingkan dengan anak-anak yang takut
jatuh. Begitu pula anak yang tidk takut jatuh dri sepeda motor, akan lebih
berani dan terlalu berani sewaktu mengendarai sepeda motor dengan kecepatan
tinggi yang kadang-kadang tidak memikirkan kemungkinan adadanya kecelakaan yang
dapat ditimbulkan akaibat perbuatannya.
Rasa takut juga tidak boleh ditanamkan sehingga
menyebabkan orang sama sekali tidak berani mengambil resiko, akhirnya orang
tersebut terlalu berhati-hati, terlalu banyak perhitungan yang kadang-kadang
yang tidak diperlukan.akibatnya orang tersebut tidak pernah mau mencoba dan
berusaha untuk mengatasi ketakutannya yang timbul.
Yang paling baik adalah kalau takut dikendalikan, artinya
tidak ditahan, tetapi juga tidak dihilangkan sama sekali. Hal ini memang sulit
sampai seberapa jauh takut itu harus dikendalikan, karena kalau salah cepat
menjadi hobi.
Dalam dunia olahraga rasa takut kalah di dalam
batas-batas normal adalah baik, karena dengan demikian seseorang akan
mempersiapkan diri untuk menghindari kekalahan. Melatih diri, berusaha mencari
kelemahan-kelemahan lawan, penghematan tenaga / penghematan penghamburan tenaga
yang tidak perlu dan sebagainya. Jadi sekali-sekali jangan menartikan
pengendalian rasa takut sama dengan menanamkan rasa takut.
Menurut beberapa pendapat yang dikumpulkan oleh Reuben B.
Frost dari Springfield College mengenai bagaimana harus/menangani masalah takut
ini, antara lain diajukan beberapa pendapat sebagai berikut:
1. Mencoba menemukan
dan memahami sebab-sebab terjadi rasa takut.
2. Mendekati dan
mengenali situasi yang di takuti secara sedikit demi sedikit.
3. Mempersiapkan diri
untuk menghadapi apa yang ditakuti dengan membuat perencanaan yang pasti dan taktik yang tepat guna.
4. Menguji dan
menganalisa alasan-alasan mengapa sampai terjadi ketakutan. Menolong mencarikan
sebab-sebab timbulnya kesulitan-kesulitan yang ditakuti (adakah pengaruh
kecelakaan yang dulu-dulu atau memang belum mengenal problimnya).
5. Menanamkan
keakraban antara anggota group dan rasa saling percaya antara anggota
(berdiskusi bersama-sama, ngomong-ngomong, menyanyi bersama, dsb.)
6. Memberikan sugesti
bahwa orang-orang yang banyak pengalaman akan selalu memberikan pertolongan
kepada yang muda-muda.
7. Meningkatkan
kekuatan dan ketrampilan (skill).
8. Kerjakan sesuatu
yang dapat menghilangkan rasa takut.
9. Kebanyakan rasa
takut akan lenyap pada waktu kegiatan-kegiatan yang ditakutkan itu telah mulai
dilakukan.
c. Marah
Marah adalah emosi yang sering timbul juga dalam dunia
olahraga, dan marah ini pernyataanya selalu dijunjukan pada benda-benda atau
orang-orang di sekitarnya dalam bentuk-bentuk yang bersifat agresif dan
spontan.
Manifestasi marah bentuknya bermacam-macam bergantung
pada taraf pendidikan, kebisaan, umur, dan sebagainya. Marah juga dapat
menimbulkan tenaga yang luar biasa yang tidak mungkin dapat diperbuat oleh
orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada saat-saat dia tak marah.
Karena marah juga termasuk emosi, maka seseorang yang
sedang marah sudah jelas akan kehilangan pertimbangan-pertimbangan akalnya
sehingga orang yang sedang marah itu tidak mungkin lagi untuk mengerjakan
hal-hal yang rumit yang membutuhkan ketelitian. Begitu pula dalam kehidupan
berolahraga, terutama dalam pertandingan-pertandingan, banyak sekali
rangsangan-rangsangan yang memancing kemarahan para olahragawan yang sedang
bertanding, sehingga mengakibatkan tindakan-tindakan bagi yang sedang marah itu
menjadi lebih agresif, spontan, kurang perhitungan sehingga ketelitiannya juga
berkurang. Karena ketelitiannya hanya menyalurka kemarahan untuk hal-hal yang
dapat mencelakakan atau merugikanlawannya. Misalnya saja kalau dalam bermain
bola volley keinginannya juga hanya bermain keras saja artinya dia ingin
men-smash bola sekeras-kerasnya, syukur-syukur kalau tangan yang men-block itu
cidera karena akibat dari kerasnya smash yang dilakukan, misalnya jari tangan
lawan itu dapat tergilir atau sobek. Dia tidak lagi ingin placing bola kearah
tempat-tempat yang kosong. Makin dia gagal makin bertambah marahnya. Selama dia
belum merasa puas dalam meyalurkan kemarahannya, selama itu pula
tindakan-tindakannya atau usaha-usaha hanya akan lebih banyak dikendalikan
emosi amarahnya dan jauh dari pertandingan akalnya.
Karena sifat marah memerlukan spontanitas dan ditunjukkan
dalam bentuk-bentuk agresifitas, maka jalan paling baik adalah jika atlit-atlit
tersebut dapat dapat menghambat spontanitasnya dan mengurangi sikap
agresifitasnya. Artinya menanggapi kemarahan itu dengan sikap-sikap yang baik
atau positif. Kalau dalam olahraga yang ada time-out, lebih baik diambil
time-out terlebih dahulu agar spontanitas kemarahan itu tertunda pelaksanaanya.
Meskipun hanya beberapa detik, biasanya sudah cukup untuk mengurangi derajat
kemarahannya. Kadang-kadang seseorang yang marah dapat mengatasi kemarahanya
dengan cara mengambil nafas dalam-dalam beberapa kali dengan menghitung sampai
beberapa puluh atau menghadapi kemarahan itu dengan senyum untuk mengurangi
kemarahan tersebut.
Dalam pertandingan-pertandingan adalah sukar untuk dapat
menghilangkan sumber darai kemarahan, sebab dalam dunia olahraga kadang-kadang
memancing kemarahan lawan adalah disengaja dengan harapan kalau lawan itu sudah
tidak sadar lagi, akibatnya dia ingin tetapi main keras yang dapat
mengakibatkan banyaknya energy yang harus dikeluarkan sehingga pada suatu saat
dia kehabisan tenaga dapat dengan mudah untuk dikalahkan.hal-hal seperti diatas
harus disadari , dimengerti dan disadari oleh para olahragawan, jangan sampai
dia kena pancing siasat lawan untuk menjadi marah. Ingat marah memang dapat
menimbulkan tenaga yang luar biasa, tetapi jangan sampai mengakibatkan hilangnya
pertimbangan akal dalam menyalurkan timbulnya tenaga tersebut.
Manfaat tenaga itu untuk usaha-usaha yang produktif.
Untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang dapat ditimbulkan oleh kemarahan
perlu dicari bagaimana jalan meredahkan kemarahan yang terjadi. Hal ini dapat
diusahakan antara lain dengan cara:
1. Menghambat
spontanitas tindakan kemarahan
2. Mengurangi
agresifitas tindakan kemarahan.
3. Menanggapi
kemarahan dengan tindakan-tindakan atau usaha yang positif.
4. Melupakan atau
menghilangkan/menghindari sumber kemarahan.
D. PENGENDALIAN
EMOSI KUNCI MERAIH KESUKSESAN
Anthony Dio
Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book
Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh
visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang
begitu saja terjadi dalam hidup kita. Kita menganggap bahwa perasaan marah,
takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah
akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai peristiwa yang
terjadi pada kita.
Daniel Goleman
dalam bukunya, Emotional Intelligence, mendivinisikan emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis,
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony Robbins dalam
Awaken the Giant Within menunjuk emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu
tindakan.
Di sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar respon, tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita. Padahal sesungguhnya kemampuan kita dalam mengendalikan dan mengelola emosi kita merupakan faktor penentu penting keberhasilan atau kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Di sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar respon, tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita. Padahal sesungguhnya kemampuan kita dalam mengendalikan dan mengelola emosi kita merupakan faktor penentu penting keberhasilan atau kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Sejak diperkenalkan Kecerdasan Emosi (Emotional
Intelligence - EQ) oleh Daniel Goleman pada 1995 tersebut, perhatian masyarakat
mulai beralih dari kecerdasan intelektual (IQ) semata kepada kecerdasan
emosional. Dan tahukah anda bahwa kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh
EQ ketimbang IQ.
Emosinya merupakan sumber kekuatan yang sangat dahsyat
maka sebenarnya kelemahannya merupakan kekuatannya, tentu dengan catatan jika
dia dapat mengelolanya dengan baik.Lantas timbul satu pertanyaan, bagaimana
mengelola emosi? Dr. Patricia Patton dalam bukunya Emotional Quotient
mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan cara belajar.
1. Belajar
mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang
biasa kita berikan.
2. Belajar
dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat
memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
3. Belajar
selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
4. Belajar mencari
kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan
masalah.
5. Belajar
menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Dengan kelima hal inilah maka dengan mudah kita mampu
mengendalikan emosi itu. Kita mampu mengelola emosi itu sehingga bisa kita
endapkan dalam hati. Jika kita mampu mengelolanya maka jadilah emosi itu
sebagai energi untuk memajukan diri. Contohnya, seorang Peter Gade yang mampu
mengelola emosinya, menggunakan semangat dari kemarahan karena sering
disepelekan karena usianya yang sudah tua) menjadi pemicunya dalam mengejar
prestasi sehingga dia bisa membuktikan kalau dia bukan si pecundang tua yang
dapat disepelekan dalam TUC kemarin.
Tetapi yang tak boleh dilupakan, sebagai makhluk sosial,
manusia tak bisa menghindarkan diri untuk berinteraksi dengan manusia yang lain,
dalam hal ini dengan kemampuan menggunakan emosi sebagai pembawa informasi,
kita bisa melihat sisi, kadar intensitas emosi orang lain yang muncul dari
komunikasi non-formalnya, berupa ekspresi, tekanan nada suara, gerakan ataupun
bahasa tubuh yang dipakainya. Jika kita mampu membaca bahasa-bahasa itu maka
bisa diupayakan tindakan kontra reaksi dari emosi orang tersebut.
Umpamanya, jika kita lihat ada gejala mitra atau lawan
bicara kita kurang suka, maka kita antisipasi dengan dengan berbicara yang
bersifat menetralkan perasaan orang tersebut. Setelah kita pahami masalah emosi
diri maupun emosi orang lain, maka secara mudah kita menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain. Sehingga diharapkan muncul pribadi yang
menyenangkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan peka
terhadap situasi apapun yang sedang terjadi, serhingga dengan mudah menyiapkan
strategi kontra situasi terhadap suatu konflik yang ada.
BAB III
(PENUTUP)
A. KESIMPULAN
Emosi pada
dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Emosi dapat diartikan sebagai suatu tindakan/respon dari
rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak
dalam keadaan seimbang.Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana
hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih
mendorong seseorang berperilaku menangis.
Pengaruh posifif dari emosi adalah
memiliki semangat yang tinggi, energi lebih untuk beraktifitas dan motivasi
diri.Semua hal tersebut sangat berpengaruh tergantung pada kekayaan
pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat.Pengaruh negatif
dari emosi adalah gelisah, takut, dan marah.
Anthony Dio
Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book
Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh
visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut Daniel Goleman pada 1995 mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang itu
80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ. Adapun
cara untuk mengelola emosi adalah sebagai berikut :
1. Belajar
mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang
biasa kita berikan.
2. Belajar dari
kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan
pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
3. Belajar selalu
bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
4. Belajar mencari
kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan
masalah.
5. Belajar
menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
B. SARAN
Membahas tentang emosi dalam
olahraga serta pengendaliannya maka ada beberapa saran yang dapat digaris
bawahi dalam makalah ini antara lain :
1. Didalam memahami emosi dalam
olahraga serta pengendaliannya diharapkan setiap individu mampu dan memahami
tentang emosi dalam olahraga serta pengendaliannya. Pada hakikatnya setiap
individu diharapkan mampu memahami emosi dalam olahraga serta pengendaliannya
ini, yakni keluarga pendidik dan penentu kebijakan yang berkepentingan
didalamnya sebagai tempat atau wadah pengembang pendidikan agar menjadi lebih
luas dalam perkembanganan pendidikan terutama perkembangan psikologi olahraga
dalam pendidikan jasmani dan olahraga.
Emosi
dalam olahraga serta pengendaliannya tidak dapat dipisahkan karena
ketiganya saling mempengaruhi didalam meningkatkan dan mengembangkan prestasi
atlet
.
Komentar
Posting Komentar