Kepribadian dan sikap dalam olahraga
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tujuan utama
dari ilmu olahraga dan aktifitas fisik adalah untuk memperoleh sebuah pemahaman
tentang perilaku. Sejak kepribadian merupakan sebuah abstraksi atau konstruksi
hipotesis dari atau tentang perilaku (Martens,1975 di dalam buku Foundations
of Sport And Exercise Psychology, edition karangan Weinberg), maka tidaklah
mengejutkan bila secara historis kepribadian merupakan salah satu isu yang
paling populer dan secara luas dibahas dalam psikologi olahraga.
Pendidikan olahraga selama ini banyak dipandang sebelah mata, ternyata banyak
nilai perilaku yang secara riil dapat diwujudkan apabila direncanakan secara
sistematis. Dalam kehidupan sehari-hari olahraga sering disikapi sebagai media
hiburan, pengisi waktu luang, senam, rekreasi, kegiatan sosialisasi, dan
meningkatkan derajat kesehatan. Secara fisik olahraga memang terbukti dapat
mengurangi risiko terserang penyakit, meningkatkan kebugaran, memperkuat
tulang, mengatur berat badan, dan mengembangkan keterampilan. Akan tetapi
nilai-nilai yang lebih penting dalam konteks pendidikan dan psikologi, yaitu
pembentukan karakter dan kepribadian masih kurang disadari/diperhatikan. Hal ini dapat
dijumpai dengan maraknya kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia,
terjadinya degradasi lingkungan, radikalisme atas nama puritanisme dan otensitas
agama. Moral karakter berhubungan erat dengan perilaku dan nilai-nilai yang
dapat didefinisikan sebagai sikap yang konsisten untuk merespons situasi
melalui ciri-ciri seperti kebaikan hati, kejujuran, sportivitas, tanggung
jawab, dan penghargaan kepada orang lain yang masih kurang, nilai-nilai yang
lebih penting dalam konteks pendidikan dan psikologi, yaitu pembentukan
karakter dan kepribadian, masih kurang disadari dan ditanamkan. Kepribadian,
sosialisasi, dan pendidikan kesehatan, serta kewarganegaraan hakikatnya adalah
agenda penting yang seharusnya ada dalam proses pendidikan. Sebab, dalam
perspektif sejarah sudah sejak lama pendidikan jasmani dan olahraga dijadikan
andalan sebagai wahana yang efektif untuk pembentukan watak, karakter, dan
kepribadian. Bahkan pembentukan sifat kepemimpinan seseorang dapat dicapai juga
melalui media ini (pendidikan). Untuk itu kajian olahraga secara potensial dan
aktual dapat menjadi rujukan yang efektif bagi pembentukan watak kepribadian
dan karakter masyarakat. Di samping itu juga dapat sebagai wahana pengembangan
kualitas SDM yang sehat, mandiri/mampu bekerjasama, bertanggung jawab dan
memiliki sifat kompetitif yang tinggi. Selain itu juga penting dalam
pengembangan identitas, nasionalisme, dan kemandirian bangsa. Olahraga yang
dikelola secara profesional akan mampu mengangkat martabat bangsa dalam
percaturan internasional.
Di dalam olahraga dikenal adanya istilahfair play. Dalam kode fair
play tersebut terkandung makna bahwa setiap penyelenggaraan olahraga harus
dijiwai oleh semangat kejujuran dan tunduk pada tata aturan, baik yang tersurat
maupun tersirat. Setiap pertandingan harus menjunjung tinggi sportivitas,
menghormati keputusan wasit/juri, serta menghargai lawan, baik saat bertanding
maupun di luar arena pertandingan. Kemenangan dalam suatu pertandingan, meski
penting, tetapi ada yang lebih penting lagi, yaitu menampilkan keterampilan
terbaik dengan semangat persahabatan. Lawan bertanding sejatinya adalah juga
kawan bermain. Tidaklah diragukan bahwa pendidikan olahraga adalah wahana yang
sangat ampuh bagi persemaian karakter dan kepribadian anak bangsa apabila
dikembangkan secara sistematis sekaligus merupakan topik yang menarik untuk di
bahas dalam tugas makalah ini.
RUMUSAN
MASALAH :
1. Apa yang dimaksud dengan kepribadian
dan sikap
2. Faktor-faktor pembentuk kepribadian
dan sikap
3. Bagaimanakah pengaruh
kepribadian dan sikap terhadap
prestasi atlet
4. Bagaimanakah peranan olahraga dalam
membentuk kepribadian dan sikap
TUJUAN :
1.
Untuk
memahamidefenisi kepribadian dan sikap
2.
Untuk
mengetahui faktor-faktor pembentuk kepribadian dan sikap dalam olahraga
3.
Untuk
mengetahui bagaimanakah pengaruh kepribadian dan sikap terhadap prestasi atlet
4.
Untuk
mengetahui peranan olahraga dalam membentuk kepribadian dan sikap
MANFAAT :
1.
Agar pendidik atau pelatih mampu
memahami cara mengethui karakter peserta didik atau atlet.
2.
Agar
kita mampu memahami bagaimana pengaruh
olahraga terhadap kepribadian dan sikap.
3.
Agar
kita mampu mengetahui peran olahraga dalam membentuk krakter
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
kepribadian dan sikap
Definisi personality yang dipaparkan oleh beberapa
ahli yang lain dalam buku karangan Wrahatnala, Bondet (2009):
a. M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku
sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan
sikap-sikap seseorang.
b. Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari
unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
c. Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi
sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Dari pengertian yang diungkapkan oleh
para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud
kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang
mewakili sikap atau tabiat seseorang yang mencakup pola-pola pemikiran dan
perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan
kebiasaan umum.
Ø
Definisi
sikap menurut beberapa ahli adalah sebaai berikut :
Soetarno (1994)
Menurut
Soetarno, sikap yaitu sebuah pandangan atau perasaan yang diikuti oleh
kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu, kembali lagi Soetarno
membawa obyek sebagai hal utama untuk pengertian sikap.
Syamsudin (1997:10)
Pengertian
sikap yang dikemukakan menurut Syamsudin (1997: 10) adalah tingkah laku atau
gerakan-gerakan yang tampak dan ditampilkan dalam interaksinya dengan
lingkungan sosial. Interaksi tersebut terdapat proses saling merepon, saling
mempengaruhi serta saling menyesuiakan diri dengan lingkungan sosial.
La Pierre (dalam Azwar, 2003)
Selanjutnya ada La Pierre yang
dikuti dalam Azwar tahun 2003. Mengemukakan pendapat bahwa sikap adalah suatu
pola atau perilaku tendensi ataupun kesiapan untuk seseoran agar bisa
menyesuaikan diri atau mungkin disebut sebagai adaptasi. Dimana adaptasi itu
bisa dilakukan dengan cara rumit ataupun sederhana. Sikap juga bentuk respon
dari stimulan sosial yang sudah terkondisikan.
Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita
simpulkan bahwa sikap adalah kesediaan untuk merespon secara konstan denan cara positif atau
negatif terhadap objek atau situasi tertentu.
B. Faktor-faktor pembentuk kepribadian
dan sikap
Menurut F.G. Robbins, ada lima
faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal,
perbedaan individual, lingkungan, dan motivasi.
a. Sifat
Dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan
potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya. Sifat dasar tersebut
terbentuk pada saat konsepsi, yaitu saat terjadi pembuahan benih. Sifat dasar
yang masih merupakan potensi-potensi juga dipengaruhi oleh faktor lain.
b. Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan
lingkungan dalam kandungan ibu. telur yang telah dibuahi tersebut berkembang
menjadi embrio dalam lingkungan prenatal. Pada periode prenatal ini, individu
mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu. Pengaruh-pengaruh
tersebut, antara lain sebagai berikut:
1) Struktur tubuh ibu (daerah panggul) merupakan kondisi yang memengaruhi pertumbuhan bayi dalam kandungan.
2) Beberapa jenis penyakit, seperti halnya kanker, diabetes, hepatitis, dan aids yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan.
3) Gangguan endokrin yang dapat mengakibatkan keterbelakangan perkembangan anak.
4) Shock pada saat melahirkan dapat memengaruhi kondisi yang menyebabkan berbagai kelainan, seperti cerebral, palsy, dan lemah pikiran.
1) Struktur tubuh ibu (daerah panggul) merupakan kondisi yang memengaruhi pertumbuhan bayi dalam kandungan.
2) Beberapa jenis penyakit, seperti halnya kanker, diabetes, hepatitis, dan aids yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan.
3) Gangguan endokrin yang dapat mengakibatkan keterbelakangan perkembangan anak.
4) Shock pada saat melahirkan dapat memengaruhi kondisi yang menyebabkan berbagai kelainan, seperti cerebral, palsy, dan lemah pikiran.
c.
Perbedaan Individual atau Perorangan
Perbedaan individual merupakan salah
satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi. Sejak dilahirkan oleh ibunya,
anak akan tumbuh dan berkernbang sebagai individu yang unik, serta berbeda
dengan individu lainnya. Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan-perbedaan
ciri-ciri fisik, seperti warna kulit, warna mata, rambut, bentuk badan, serta
ciri personal dan sosial.
d.
Lingkungan
Situasi dan kondisi di sekitar
individu yang memengaruhi proses sosialisasi dapat dibedakan atas lingkungan
alam, lingkungan kebudayaan, serta lingkungan sosial.
·
Lingkungan
alam meliputi keadaan iklim, tanah, flora, fauna, dan sumber daya di sekitar
individu.
·
Lingkungan
kebudayaan meliputi cara hidup masarakat ym tempat individu itu hidup.
Kebudayaan ini mepunyai aspek materiil (rumah, perlengkapan hidup, dan
hasil-hasil teknologi lainnya) dan aspek nonmateriil (nilai-nilai pandangan
hidup dan adat istiadat).
·
Lingkungan
sosial adalah pengaruh manusia lain dan masyarakat di sekitarnya dan dapat
membatasi proses sosialisasi serta memberi stimulasi terhadap perkembangannya.
Kondisi lingkungan tersebut memang
tidak menentukan secara mutlak, tetapi membatasi dan sosialis memengaruhi
proses asi manusia. Selain itu, kita juga menolak kebenaran determinisme
geografi dan determninisme ekonomi mengenai peranan kondisi geografi dan
ekonomis terhadap proses sosialisasi individu.
e. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan
dari dalam diri individu yang menggerakkannya untuk berbuat ses dibedakan
menjadi dua yakni dorongan dan kebutuhan.
1. Dorongan adalah keadaan tidak
seimba dal individu karena am diri pengaruh dari ng dalam dan luar dirinya.
Dorongan itu memengaruhi dan engarahkan perbuatan individu dalam mencapai
adaptasi atau keseimbangan. Pada diri individu terdapat dorongan makan, minum,
dan menghindarkan diri dari bahaya yang mengancamnya.
2. Kebutuhan adalah dorongan yang telah
ditentukan secara personal, sosial, dan kultural. Kebutuhan-kebutuhan manusia
yang penting, antara lain
·
kebutuhan
bebas dari rasa takut,
·
kebutuhan
bebas dari rasa bersalah;
·
kebutuhan
untuk bersama dengan orang lain;
·
kebutuhan
untuk berprestasi;
·
kebutuhan
akan afeksi;
·
kebutuhan
untuk turut serta mengambil keputusan mengenai persoalan-persoalan yang
menyangkut dirinya, kebutuhan akan kepastian ekonomis;
·
kebutuhan
akan terintegrasinya sikap, keyakinan, dan nilai-nilai.
Melalui proses aksi, reaksi, dan
interaksi maka kelima faktor yang menjadi dasar kepribadian manusia akan
memengaruhi proses sosialisasi
C. Bagaimanakah pengaruh sikap dan kepribadian
terhadap prestasi atlet
Prestasi atlet
sangat dipengaruhi oleh
kepribadian dan sikap atlet itu sendiri. Aldermen (1974) mengmukakan bahwa
traits merupakan sifat kecenderungan yang khusus,sehingga menunjukan
kecenderungan tabiat (watak) untuk bertindak dan berkelakuan dengan cara
tertentu.
Sekalipun
demikian, jelas bahwa melakukan olahraga secara teratur dapat berpengaruh
khusus terhadap kepribadian seseorang. Berolahraga secara teratur ri dalam
kehidupan keluarga ataupun masyarakat.
Kepribadian banyak dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai dengan bidang olahraga yang
diminati atau ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis. Olahraga akan
mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya, dengan berolahraga,
seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka
diri terhadap lingkungan sosialnya.
Urusan
energi dan emosi begitu signifikan dampaknya bagi prestasi dan penampilan sang
atlet, sementara kita tidak bisa mensterilkan atlet dari masalah yang datang
dan pergi dalam kehidupannya. Namun jika ditelaah, rupanya menurut Nasution
(2007) ada beberapa faktor yang menentukan mudah tidaknya seorang atlet
terpengaruh oleh masalah.
1.
Berpikir
positif
Bisa atau
tidaknya seorang atlet berpikir positif, bisa mempengaruhi mentalitasnya di
lapangan. Kemampuan menemukan makna dari tiap peluang, event, situasi, serta
orang yang dihadapi adalah cara untuk menimbulkan pikiran positif. Sering
terdengar bahwa pemain A atau B tidak terduga bisa memenangkan pertandingan
padahal targetnya adalah berusaha main sebaik mungkin. Alasannya, karena
lawannya bagus dan pertandingan ini jadi moment penting untuk meng up grade¬
kualitas diri dan permainannya. Artinya, sang atlet mampu melihat sisi lain
yang membuat dirinya tidak terbebani ambisi. Pikiran rileks dan focus pada
permainan berkualitas akhirnya mempengaruhi sikap atlet tersebut saat
bertanding dimana ia jadi berhati-hati dan cermat dalam proses, dan tidak
grasah grusuh ingin cepat-cepat mencetak skor.
Jadi,
pikiran positif bisa menggerakkan motivasi yang tepat, sehingga mengeluarkan
besaran energi dan tekanan yang tepat untuk menghasilkan tindakan konstruktif.
Dampaknya bisa beragam, bisa kerja sama yang baik, performance yang optimum,
atau pun kemenangan.
2.
Motivasi
Tingkat
motivasi dan sumber motivasi atlet akan mempengaruhi daya juangnya. Kalau
kurang termotivasi, otomatis daya juangnya pun kurang. Kalau highly motivated,
maka daya juangnya juga tinggi. Kalau sumber motivasi ada di luar (ekstrinsik),
maka kuat lemahnya daya juang sang atlet pun sangat situasional, tergantung
kuat lemah pengaruh stimulus. Contoh, makin besar hadiahnya, makin kuat daya
juangnya. Makin kecil hadiahnya, makin kecil usahanya.
Yang paling
baik jika sumber motivasi ada di dalam diri, tidak terpengaruh cuaca apalagi
iming-iming hadiah. Atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, maka sejak
awal berlatih dia sudah secara konsisten dan persisten mengusahakan yang
terbaik. Kepuasannya terletak pada keberhasilannya untuk mencapai yang terbaik
di setiap tahap proses latihan, bukan hanya saat bertanding. Masalah yang ada
pasti punya pengaruh, namun selama motivasi internalnya kuat, atlet tersebut
mampu untuk sementara waktu menyingkirkan beban emosi yang dirasa memperberat
gerakannya.
3.
Sasaran yang
jelas
Mengetahui
sejauh mana dan setinggi apa sasaran yang harus dicapai, mempengaruhi tingkat
daya juang, usaha dan kualitas tempur atlet. Sementara, ketidakpastian bisa
melemahkan motivasi. Ketidakpastian ini bentuknya beragam. Kalau tidak jelas
siapa musuhnya, sasarannya, medan perangnya, tingkat kesulitannya, targetnya,
waktunya, akan membuat sang atlet kebingungan dan energi nya juga tidak fokus,
strategi nya pun tidak spesifik dan standar kualitas nya jadi tidak bisa
ditentukan, bisa terlalu rendah bisa juga terlalu tinggi. Dalam keadaan
membingungkan seperti ini, atlet jadi sangat rentan terhadap masalah.
4.
Pengendalian
emosi
Ketidakmampuan
mengendalikan emosi bisa mengganggu konsentrasi dan keseimbangan fisiologis.
Pengendalian emosi tidak bisa muncul dalam semalam, karena sudah menjadi bagian
dari kepribadian atlet. Hal ini bukan berarti tak bisa dirubah, namun perlu
proses untuk mengembangkan kemampuan mengelola emosi dengan proporsional. Jadi,
kalau atlet tersebut masih punya masalah dalam pengendalian emosi, maka dia
lebih mudah terstimulasi oleh berbagai masalah apapun bentuknya, entah itu
kelakuan penonton / supporter, sikap pelatih, tindakan teman-temannya, dsb.
5.
Daya tahan
terhadap stress
Jika tingkat
stres berada di atas ambang kemampuan sang atlet dalam memanage stresnya maka
akan mengakibatkan prestasi atlet menurun, namun jika tingkat stres berada
dibawah ambang maka atlet tidak akan termotivasi untuk berprestasi. Jika
tingkat stres berada pada level toleransi kemampuannya maka atlet akan mampu
berprestasi.
6.
Rasa percaya
diri
Kurangnya
rasa percaya diri akan mempengaruhi keyakinan dan daya juang sang atlet.
Masalah yang muncul saat berlatih maupun bertanding bisa saja memperlemah rasa
percaya dirinya, meski sang atlet sudah berlatih dengan baik. Apalagi jika
masalah yang dihadapi berkaitan dengan konsep dirinya. Misalnya, sang atlet
selalu memandang dirinya kurang baik, kurang sempurna, maka seruan
"uuuuuu" penonton bisa dianggap konfirmasi atas kekurangan dirinya,
meskipun pada kenyataannya atlet tersebut tergolong berprestasi.
maka dari itu pelatih harus bisa memberikan masukan-masukan, motivasi atau
pelatihan terhadap atlet agar atlet memiliki mental yan kuat.
7.
Daya
konsentrasi
Atlet yang
punya kemampuan konsentrasi tinggi, cenderung mampu mempertahankan performance
meski ada gangguan, interupsi atau masalah. Kalau daya konsetrasi atlet rendah,
maka ia mudah melakukan kesalahan jikalau terjadi interupsi baik saat latihan
maupun pertandingan.
8.
Kemampuan
evaluasi diri
Kemampuan
evaluasi ini juga diperlukan untuk melihat hubungan antara masalah dengan
performance-nya. Tanpa kemampuan untuk melihat ke dalam, atlet akan terjebak
dalam masalah dan kesalahan yang berulang.
9.
Minat
Jika si
atlet memang memiliki minat yang tinggi pada cabang olahraga yang dipilihnya
maka ia akan melakukan olahraga tersebut sebagai suatu kesenangan bukan sebagai
beban.
10. Kecerdasan
(emosional dan intelektual)
Kecerdasan
emosional dan intelektual merupakan elemen yang dapat memproduksi kemampuan
berpikir logis, obyektif, rasional serta memampukannya mengambil hikmah yang
bijak atas peristiwa apapun yang dialami atau siapapun yang dihadapi.
D. Peranan olahraga dalam membentuk
kepribadian dan sikap
Pengaruh
Olahraga terhadap Kepribadian
Olahraga mengajarkan pada seseorang akan kedisiplinan, jiwa sportivitas, tidak
mudah menyerah, mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerja sama,
mengerti akan adanya aturan, berani mengambil keputusan. Pendek kata,olahraga
akan membentuk manusia dengan kepribadian yang sehat. Ini relevan dengan
pemikiran Baron Piere de Coubertin, penggagas Olympiade modern bahwa tujuan
olahraga terletak pada fungsinya “as the unique school of moral perfection,
and as the means for the acquisttion and formation and formation of strong
personality, good character and noble sentimens, only men with these moral
virtues can be useful member of society”
Olahraga juga membina manusia menuju kesempurnaan seperti tercermin dalam
motto. Citius,Altius,Fortius,telah diakui dunia sebagai Gerakan Olympiade (Olympic
Movement). Citius,sesungguhnya tidak hanya diartikan sebagai lebih cepat
atau tercepat, seperti terekam pada prestasi seorang atlet dalam berlari. Namun
makna sesungguhnya menunjukkan kualitas mental seseorang yang mampu mengambil
keputusan lebih cepat atau lebih cerdas. Makna altius,bukan dalam pengertian
lebih tinggi atau tertinggi mencapai prestasi, misalnya lompat tinggi atau
lompat galah dalam atletik, namun merujuk pada moral yang lebih luhur atau
mulia.
Beberapa hasil riset terkait dengan pengaruh aktivitas olahraga terhadap
beberapa dimensi psikologis.
1.
Olahraga dan Konsep
Diri (Self-concept)
Kebanyakan
studi menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara keterlibatan dalam
olahraga dengan perkembangan identitas remaja (Biddle, Salis,&Cavill,1998).
Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan olahraga menunjukkan tingkat
kepercayaan diri (self-confidence) yang lebih tinggi dibandingkan mereka
yang tidak terlibat. Ketika para remaja terlibat dalam olahraga kompetitif,
ternyata mereka juga menunjukkan konsep diri yang lebih positif dibanding
mereka yang tidak terlibat dalam olahraga kompetitif (Brettscneider &
Klimek,1998, Richartz & Brettscneider,1996). Konsep diri yang tampak
positif tampak tidak hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga sosial dan yang
lebih surprise adalah pengaruhnya pada perkembangan intelektual.
2. Kemampuan
Mengatasi Stress (coping with stress)
Sebagaimana dimaklumi bahwa kehidupan
remaja sangat rentan terhadap persoalan-persoalan psiko sosial, seperti godaan
terhadap obat-obat terlarang, minuman keras, pergaulan bebas, dan penyakit
sosial linya. Hasil studi membuktikan bahwa remaja yang terlibat dalam
aktivitas fisik lebih memiliki ketahanan dan mampu mengatasi stressor dari
lingkunganya (Brinkhoff,1998)
3. Penyimpangan
tingkah laku Remaja
Hasil studi Biddle, Sallis. & cavvill (1998)
menyatakan bahwa remaja yang aktif dalam olahraga penyimpangan tingkah lakunya
lebih kecil dibandingkan mereka yang tidak berpartisipasi dalam olahraga.
Meskipun demikian dalam studi tersebut juga dikemukakan bahwa diantara beberapa
cabang olahraga, mereka yang terjun dalam sepak bola kasus penggunaan obat-obat
terlarang lebih tinggi dibandingkan cabang olahraga yang lain
.
4. Integrasi
Sosial
Umumnya anak-anak dan remaja yang tidak terlalu betah
tinggal di institusi-institusi sosial seperti rumah, sekolah, tetangga dan
tempat ibadah. Sebagian besar waktunya dicurahkan bersama teman dan
kelompoknya, sehingga terkesan eksklusif. Kegiatan olahraga memberikan
kesempatan yang baik bagi para remaja, baik pria dan waniita untuk terintegrasi
dalam jaringan sosial dan mengembangkan kepercayaan sosial (social
confidence). Studi yang dilakukan Brettscneider (1999) menunjukkan bahwa
remaja umumnya membutuhkan interaksi dengan yang lain dan membutuhkan dukungan
sosial, tidak saja dari kelompoknya melainkan juga dari
BAB III
SARAN
DAN KESIMPULAN
kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita
simpulkan bahwa olahraga mampu membentuk kepribadian dan sikap sesorang , melakukan
olahraga secara teratur dapat berpengaruh khusus terhadap kepribadian
seseorang.
Kepribadian banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan
fisik secara teratur, sesuai dengan bidang olahraga yang diminati atau
ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis. Olahraga akan mempengaruhi
aspek kepribadian seseorang. Misalnya, dengan berolahraga, seseorang akan
mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka diri terhadap
lingkungan sosialnya
karna mengajarkan pada seseorang akan kedisiplinan, jiwa sportivitas, tidak
mudah menyerah, mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerja sama,
mengerti akan adanya aturan, berani mengambil keputusan.
Saran
Dalam berolahraga
haruslah selalu ditanamkan jiwa
sportivitas, bertanggung jawab, nilai-nilai kejujuran. keuletan, semangat baja,
dan pantang menyerah ,karan,olahraga merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan sebagai alat pembentukan karakter manusia, agar menjadi pribadi yang
lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Alderman, (1974),
Psychological Behavior in Sport,” W.B. sanders, company, philadelphia
http://cahyo186.blogspot.co.id/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo_29.html
Komentar
Posting Komentar